Komunike Bersama, Sumbangsih Jogja untuk KSI

Category : Warta

Yogyakarta, 6 September 2017. Tertundanya penandatanganan komunike bersama saat sesi Seminar Nasional “Membangun Komitmen antar Stakeholder dalam Pengelolaan Sungai” pada Jambore Sungai (26/08) yang lalu menjadi salah satu rekomendasi jaringan komunitas sungai Yogyakarta pada pertemuan refleksi-evaluasi penyelenggaraan Jambore Sungai di Ledok Gebang Angler Fish Restaurant, Krajan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman. (Rabu, 06/09),

Rumusan komunike itu menjadi bingkisan Jogja untuk Kongres Sungai Indonesia (KSI) ketiga. Demikian kesimpulan pertemuan evaluasi, seperti yang disampaikan oleh Endang Rohjiani, Ketua Asosiasi Komunitas Sungai Yogyakarta, AKSY, bahwa Jambore Sungai kedua ini harus memberikan usulan-usulan strategis dan praksis untuk KSI.

“Jambore Sungai Yogyakarta harus memberikan usulan-usulan strategis dan praksis untuk KSI ketiga, salah satunya rumusan Komunike Bersama tentang komitmen sinergitas antar para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sungai”, terang Endang.

Demikian Ema Vidiastuti Utami dari SATUNAMA Yogyakarta, menurutnya Jambore Sungai Yogyakarta merangkum banyak informasi dan gagasan yang terangkum dalam setiap sesinya, dan harus bisa menjadi salah satu sumbangsih Yogyakarta untuk KSI ketiga.

“Banyak informasi dan gagasan yang terangkum dalam sesi-sesi Jambore Sungai Yogyakarta, seminar, workshop, sekolah sungai, dan sarasehan, ini harus jadi salah satu sumbangsih Jogja untuk KSI ketiga, salah satunya kan kita punya rumusan Komunike Bersama”, ungkap Ema.

Seperti yang sudah diinformasikan, bahwa komunike bersama yang merupakan rumusan strategis sebagai rangkuman komitmen sinergitas antar pemangku kepentingan akan dikomunikasikan keberlanjutan pendandatanganannya oleh Jaringan Komunitas Sungai dan Organisasi Masyarakat Sipil Yogyakarta kepada para pemangku kepentingan sebelum penyelenggaraan Kongres Sungai Indonesia, KSI ketiga.

Penyelenggaraan KSI ketiga, menurut informasi dari Presidium KSI akan diselenggarakan pada bulan Desember 2017 di Banjanrmasin, Kalimantan Selatan. (Prabu Ayunda Sora_SATUNAMA / foto : Frysa_FISIPOL UGM).


Menguatkan Kerelawanan Komunitas

Category : Edukasi

Yogyakarta, 6 September 2017. Dalam kerja-kerja berjejaring organisasi masyarakat sipil, kerelawanan komunitas menjadi energi utama dalam aksi kolektif dan mobilisasi sumber daya.

Pembelajaran menarik didapatkan dalam penyelenggaraan Jambore Sungai Indonesia ke -2 di Yogyakarta pada 26-27, Agustus 2017 lalu, bahwa melihat kerelawanan tidak cukup hanya terlibat saja, tapi titik ujinya adalah kualitas kontribusi terhadap kerja-kerja jaringan atas keterlibatannya yang harus menjadi titik uji.

Hal ini terangkum dalam pertemuan refleksi dan evaluasi penyelenggaraan Jambore Sungai yang dilaksanakan oleh Asosiasi Komunitas Sungai Yogyakarta beserta jaringan organisasi masyarakat sipil yang terlibat dalam kepanitiaan bersama di Ledok Gebang Angler Fish Restaurant, Krajan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman. (Rabu, 06/09).

Berangkat dari fakta bahwa kerelawanan orang-perorang dalam komunitasnya tetap bertumbuh, namun perlu juga diupayakan kerelawanan itu tumbuh berkualitas dalam kerja-kerja jaringan, seperti penyelenggaraan Jambore Sungai yang lalu.

Seperti apa yang diungkapkan oleh Ema Vidiastuti Utami dari SATUNAMA Yogyakarta, bahwa pendokumentasian proses tiap-tiap sesi belum optimal dilakukan, dalam semua bentuk pendokumentasian.

“Khusus soal pendokumentasian saya berkesimpulan kurang optimal, pendokumentasian seperti foto-foto yang bagus, notulensi transkripsi, dan rekaman audio-visual, kedepan kita perlu belajar lagi agar semakin baik pendokumentasian kegiatan-kegiatan terkait pengelolaan sungai”, jelas Ema.

Yoga dari Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) DIY menyatakan bahwa kerelawanan masing-masing orang yang terlibat dalam penyelenggaraan Jambore Sungai kali ini dilihatnya dari dua segi, yaitu kesadaran perorangan  dan kematangan persiapan, dan Yoga menyimpulkan bahwa dua hal tersebut sangat menentukan kualitas keterlibatan masing-masing elemen, baik secara kelembagaan maupun perorangan.

“Diri kita masing-masing sebagai anggota komunitas harus terus meningkatkan kualitas kerelawanan kita, bisa kita lihat dari kesadaran akan kerelawanan itu sendiri yang membangun motivasi, kemudian ditambah dengan kematangan persiapan sampai ke detail teknis dan substansi, kedua hal ini akan menentukan kualitas kerelawanan kita”, terang Yoga.

Menanggapi hal tersebut, Endang Rohjiyani, Ketua AKSY menyatakan bahwa pembelajaran penting terkait kerelawanan komunitas sungai di DIY dalam kerja-kerja jaringan mendapatkan energi baru untuk merintis kembali kerelawanan tersebut dengan semakin seringnya terjadi persentuhan antar komunitas sungai melalui kegiatan-kegiatan bersama.

“Saya optimis, untuk ke depannya akan lebih baik, kita mendapatkan energi tambahan untuk memperkuat kerelawanan komunitas, dengan semakin meningkatnya intensitas pertemuan dan persentuhan antar orang-orang dari berbagai komunitas, akan berbagi pengalaman dan pengetahuan”, terang Endang. (Prabu Ayunda Sora_SATUNAMA / Foto : Yoga_FPRB DIY).


Jambore Sungai, Komunikasi dan Dokumentasi Perlu Dikuatkan

Category : Praktik Baik Warta

Yogyakarta, 6 September 2017. Usai penyelenggaraan Jambore Sungai ke -2  pada Sabtu-Minggu, 26-27 Agustus 2017 lalu, Asosiasi Komunitas Sungai Yogyakarta (AKSY) adakan pertemuan refleksi dan evaluasi. Banyak catatan pembelajaran terangkum, dari teknis juga substansi dalam pertemuan di Ledok Gebang Angler Fish Restaurant, Krajan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman.

Disampaikan Endang Rohjiani, Ketua AKSY, bahwa pertemuan evaluasi ini bertujuan untuk menggali pembelajaran melalui refleksi dan evaluasi dari penyelenggaraan Jambore Sungai ke -2, baik dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan, sebagai pembelajaran bersama, karena Jambore Sungai ke -2 ini terwujud melalui kolaborasi jejaring komunitas sungai, perguruan tinggi, dan organisasi masyarakat sipil di Yogyakarta dalam bentuk panitia bersama.

“Pertemuan ini (pertemuan evaluasi –red) penting buat AKSY dan semua pihak yang terlibat dalam kepanitiaan bersama, dengan merefleksikan dan evaluasi seluruh proses dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporannya, tujuannya supaya ada pembelajaran yang didapat dan rekomendasi untuk pembenahan ke depannya”, jelas Endang.

Endang Rohjiani melanjutkan, bahwa pembelajaran penting yang dapat diambil adalah terkait komunikasi, baik di internal penyelenggara juga antara penyelenggara dengan para pihak yang dilibatkan.

“Catatan saya, dari disksui ini (pertemuan evaluasi –red), yang paling penting itu komunikasi, mau di internal penyelenggara juga dengan para pihak yang diundang”, terang Endang.

Ema Vidiastuti Utami dari SATUNAMA Yogyakarta menyoroti soal sistem pendokumentasian seluruh sesi dalam Jambore Sungai yang menurutnya harus dibenahi ke depan sebagai bagian dari pengelolaan pengetahuan bersama antar elemen dalam jejaring sungai.

“Aku melihat yang krusial itu soal pendokumentasian setiap alur dan proses sesi-sesi dalam Jambore, ya seminarnya, workshop, sarasehan, juga sekolah sungai, dan pendokumentasian itu dalam berbagai bentuk, ya foto, video, audio, notulensi, dokumen-dokumen, jadi dokumentasi ini nantinya kan jadi bahan dasar untuk memproduksi pengetahuan bersama yang akan bermanfaat jangka panjang”, tegas Ema. (Prabu Ayunda Sora_SATUNAMA / Foto : Yoga_FPRB DIY)